Rabu, 05 April 2023

Mari Mengeksplorasi Kota Istimewa Yogyakarta


Tugu Yogya Golong Gilig

Yogjakarta atau Jogja sebuah daerah yang terletak di kawasan pulau Jawa, tempatnya diantara Provinsi Jawa Tengah. Jogja memiliki keistimewaan daripada kota lain yang ada di Indonesia. Jogja memiliki satu kota madya yaitu Yogjakarta dan empat kabupaten, Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Bantul. 

Jogja menjadi kota istimewa tidak serta merta begitu saja, dalam sejarahnya Jogja pertama kali dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengkubuwana I dengan julukan Ngayogyakarta Hadiningrat yang diresmikan pada tahun 13 maret 1755.

Pada masa awal berdirinya kota Jogja, pusat pemerintahan berada di Hutan Beringin Desa Pachetokan, tidak lama berselang Sri Sultan Hamengkubuwana I memerintahkan rakyat untuk membabad  hutan tersebut untuk dijadikan wilayah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada tanggal 7 Oktober 1756 bersamaan dengan Berdirinya Kesultanan Ngayogyakarta Diningrat diantara sungai Winongo dan sungai Code yang letaknya strategis dari penunjang segala bidang kehidupan. Di sebelah utara Kraton berbatasan Gunung Merapi, dan sebelah selatan berbatasan dengan Pantai Laut Selatan. 

Sri Sultan Hamengkubuwana I membangun Kraton Ngayogyakarta dengan pertimbangan lahan yang strategis agar bisa memberikan kesejahteraan penduduk Yogyakarta. Dalam filosofinya Kraton Yogyakarta di dirikan setelah Sri Sultan Hamengkubuwana I melakukan perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti adalah pembagian kerajaan Mataram Islam menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Sebelum menduduki wilayah Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono I bersinggah di Pesanggrahan Ambar Ketawang Kecamatan Gamping Sleman Yogyakarta. 

Didalam Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, terdapat tempat tinggal Sri Sultan, keluarga, beserta abdi dalem, dan beberapa kebudayaan seperti Kereta Kencana yang digunakan sebagai transportasi. Pada area Kraton terdapat istilah Catur Sagotra yaitu konsep kosmologi Jawa yang memiliki empat elemen penting, yaitu Kraton sebagai bidang politik, Masjid Gedhe sebagai bidang keagamaan, Pasar Beringharjo sebagai bidang perekonomian, dan Alun-alun sebagai bidang sosial. 

Pada masa kini Yogyakarta masih memiliki keistimewaan selain Kesultanan. Hal itu sudah diatur oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang keistimewaan Yogyakarta. Salah satu keistimewaannya adalah terdapat Pasukan Keamanan (PAM) Budaya yang berfungsi sebagai penyelenggaraan pertahanan dan keamanan. Dalam hal lembaga pemerintah daerah lingkup kecamatan dan kelurahan di Yogyakarta memiliki sebutan Kemantren-Kapenewon. 

Mari menyimak penjelasan lebih lanjut, agar mendapatkan ilmu pengetahuan baru mengenai Kota Yogyakarta. 

Abdi Dalem
Dalam menjalankan Kesultanan Ngayogyakarta, memerlukan aparatur yang membantu menjalankan pemerintahan di Kesultanan. Salah satunya adalah Abdi Dalem yang bertugas membantu berjalannya pemerintahan di Kesultanan. Selain menjalankan pemerintahan Abdi Dalem juga sebagai suri tauladan bagi masyarakat Yogyakarta. Dalam setiap tindakan Abdi Dalem menjujung tinggi unggah-ungguh dan tata krama. Abdi Dalem Kesultanan Ngayogyakarta memiliki ciri khas memakai baju adat Yogyakarta dan bagi perempuan dilarang menggunakan perhiasan. Karena Abdi Dalem setara tanpa ada pembeda dalam setiap kedudukannya. Sebutan "kanca" yang berarti teman atau saudara melekat pada diri Abdi Dalem. 

Abdi Dalem dibagi menjadi dua golongan yaitu Punakawan dan Kaprajan. Abdi Dalem Punakawan menjalankan tugas pada area Kraton. Selain itu Abdi Dalem punakawan dibagi menjadi dua golongan lagi, pertama Abdi Dalem Punakawan Tepas mengabdi selayaknya pegawai yang bekerja di kantor, sedangkan Abdi Dalem Punakawan Caos hanya menghadap ke keraton setiap periode sepuluh hari sekali. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan tanda hormat dan kesetiaan sebagai abdi.

Abdi Dalem Keprajan berasal dari pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) yang dijadikan Abdi Dalem. Abdi Dalem Keprajan mendarmabaktikan waktu, ilmu dan tenaganya untuk membantu keraton secara suka rela.
Abdi Dalem Keparak ini lebih dekat dengan Sultan, karena tugasnya dalam lingkup Kraton dalam, menyiapkan keperluan upacara Kesultanan, menjaga aji-ajian, menyiapkan keperluan Sultan, permaisuri dan putra-putrinya. 

Untuk menjadi Abdi Dalem, memerlukan masa magang selama dua tahun, jika memenuhi kriteria dan unggah-ungguh melekat pada dirinya. Jika layak menjadi Abdi Dalem maka diadakan proses wisuda Abdi Dalem yang dilakukan dua tahun sekali pada Bukan Bakda Mulud dan Syawal. 

Jika terdapat Abdi Dalem yang sudah Sepuh atau tidak mampu (sakit) menjalankan tugasnya dalam mengabdi kepada Kesultanan maka disebut dengan Miji pemberhentian menjadi Abdi Dalem. Tetapi hal demikian jarang terjadi di Kesultanan Ngayogyakarta, karena dari awal para Abdi Dalem berniat untuk mengabdi kepada Kesultanan Ngayogyakarta hingga akhir hayat. 
Credo watak ksatria melekat kuat didalam hati Abdi Dalem, yang dicetuskan oleh Sultan Hamengkubuwana I yang berisi tentang, Nyawiji fokus dan selalu berserah kepada tuhan YME. Greget, penuh penghayatan & penjiwaa. Sengguh, percaya diri. Ora mingkuh, tidak gentar menghadapi ujian dan hambatan. Dengan adanya Abdi Dalem diharapkan menjadi contoh dan teladan untuk tetap melestarikan unggah-ungguh bagi masyarakat Yogyakarta maupun contoh bagi masyarakat Indonesia sendiri, mengingat diera sekarang budaya modern  kian merambah cepat.

Kereta Kencana
Keistimewaan lain dari Kesultanan di Yogyakarta adalah kendaraan kereta kencana, jika ada Sri Sultan yang wafat , maka diiringi dengan Andong besar atau kereta kencana yang dilapisi emas. Kereta kencan ini khusus digunakan sebagai kendaraan pengiring atau pemakaman Sri Sultan Yogyakarta, selain Sri Sultan tidak menggunakan kereta Kencana dalam menuju pemakaman, para keluarga dan anak-anak Sri Sultan tetap menggunakan mobil ambulan. 

Kereta Kencana tersebut di tarik oleh enam kuda, dengan perjalanan 26 kilo meter dari Kraton Ngayogyakart, menuju pemakaman Hasturenggo Imogiri Bantul. Pemakaman tersebut hingga menempuh perjalanan 26 kilo meter, dikarenakan letak Hasturenggo Imogiri Bantul yang berada pada dataran tinggi di Yogyakarta. Pengiringan dengan kereta kencana terakhir dilakukan pada tahun 1988 saat wafatnya Sri Sultan Hamengkubuwana IX. 

Pasukan Keamanan (PAM) Budaya
PAM Budaya atau Pasukan Keamanan Budaya merupakan kelompok yang dibentuk langsung oleh Kesultanan Ngayogyakarta. Tujuannya ialah memberikan rasa aman dan nyaman khususnya pada area Kraton Yogyakarta. 

Pasukan Keamanan Budaya biasanya melakukan patroli dan menjaga keamanan di area Titik Nol Yogyakarta dan Alun-alun utara yang berdekatan dengan Kraton Yogyakarta. Kawasan wisata tersebut terkadang rawan kejahatan, seperti maling, copet dan kehilangan harta benda lainnya. Maka dari itu sebagai bentuk tanggungjawab Kesultanan Ngayogyakarta, dibentuklah Pasukan Keamanan Budaya (PAM  Budaya) fungsi dan tugas PAM Budaya sama halnya dengan Satuan Polisi Pamong Praja, Polisi dan Babinsa, namun PAM Budaya di bentuk khusus oleh pihak Kesultanan Ngayogyakarta.

Ada kalahnya PAM Budaya menjembatani laporan  tindakan kriminal atau kehilangan barang-barang yang akan dilimpahkan kepada pihak berwajib yaitu polisi. 

Kemantren dan Kapenewon
Kemantren adalah nama lain dari kecamatan di Kota Jogja, karena Jogja adalah daerah istimewa maka di sebut dengan Kemantren yang dipimpin oleh Mantri Pamong Praja (kepala camat) dan Mantri Anom (Sekretaris). Kemantren di Kota Jogja terdiri dari 14 Kemantren yaitu Kemantren, wirobrajan, Ngampilan, Matrijeron, Mergantran, Gondomanan, Kraton, Umbulharjo, Kota gede, Pakualaman, Danurejan, Jetis, Tegal Rejo, Gondokusuman, Gedongtengen. Dari setiap kemantren memiliki ciri khas dan sejarah yang menarik dan patut di ketahui khalayak umum, karena keistimewaan Jogja tidak hanya wisatanya. 

Berbeda pula penyebutan kecamatan di wilayah Kabupaten Jogja disebut dengan Kapenewon, yang dipimpin oleh Panewu (kepala camat) dan Panewu Anom (sekretaris). Perubahan istilah tersebut untuk menjalankan UU Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.  Maka dari itu istilah  pemerintah dan daerah Yogyakarta memiliki filosofis yang unik sehingga sering dikenal oleh masyarakat sebagai Kota Istimewa. 

Dari banyak penjelasan keistimewaan Kota Yogyakarta tersebut, dapat dijadikan ilmu pengetahuan baru, mengapa Yogyakarta menjadi kota Istimewa, tidak sekedar mengenal wisatanya saja. Mengenal sejarah daerah merupakan suatu kewajiban, siapa lagi kalo bukan para generasi muda yang melestarikan. 

Selasa, 04 April 2023

Dobrakan Society 5.0 Oleh Kampung Cyber Yogyakarta Menuju Kemajuan Bangsa Indonesia

Kampung Cyber Yogyakarta- kejarmimpi.id


Kampung Cyber atau kampung Information technology (IT) merupakan wisata edukasi melek teknologi yang terletak  di kelurahan Patehan, Kemantren Kraton, Yogyakarta. Istilah Kampung Cyber pertama kali dicetuskan oleh Antonius Sasongko pada tahun 2006, dengan harapan Kampung tersebut dapat bersaing di era teknologi dengan memanfaatkan internet untuk berkomunikasi dan membranding Kampung Cyber untuk dikenal masyarakat luas. 

Pada setiap rumah dan pos ronda di Kampung Cyber mempunyai wifi untuk mengakses internet. Terdapat dua opsi dalam mengakses wifi tersebut, yang pertama untuk warga kampung cyber dan masyarakat umum. Jika untuk warga memerlukan akun dan pasword dalam mengakses wifi tersebut, sedangkan untuk masyarakat umum dapat mengakses dengan gratis, namun dengan kecepatan internetnya yang dibatasi. 

Selain membranding wifi dalam mengakses internet. Warga kampung Cyber memiliki website atau situs mengenai Kampung Cyber yaitu www.rt36kampoengcyber.com, website tersebut digunakan untuk mengenalkan Kampung Cyber sebagai Kampung wisata di Yogyakarta yang melek teknologi. Isi dari website tersebut salah satunya adalah, hasil UMKM kerajinan tangan yang sama halnya dengan online shop. Hal tersebut patut di apresiasi dengan memanfaatkan teknologi yang dapat meningkatkan perekonomi warga Kampung Cyber. Melalui website tersebut memberikan kesempatan UMKM memperoleh pasar pelanggan yang lebih luas. Selain itu wisatawan dapat mengakses informasi mengenai Kampung Cyber. 

Seluruh masyarakat Kampung Cyber baik tua maupun muda, sudah pandai dalam mengakses internet dan teknologi di era serba digital ini, sesuai dengan harapan pendiri Kampung Cyber Antonius Sasongko. 


Mark Zuckerberg (kiri) dan Antonius Sasongko (kanan) di Kampung Cyber, Jogja, Minggu (12/10/2014)- (Dokumentasi Antonius Sasongko) 


Kampung Cyber juga menjadi satu-satunya kampung melek teknologi di Yogyakarta, sehingga pernah di datangi Ceo Facebook Mark Zuckerberg pada tahun 2014 dan di salah satu jalan Kampung Cyber dinamai dengan jalan Zuckerberg. 

Tidak hanya itu, di Kampung Cyber memiliki arsitektur kampung yang unik dan menarik cocok untuk foto Instagramable. Pada setiap tembok atau dinding terdapat seni lukisan mural yang sifatnya mengedukasi bagi yang melihat mural tersebut. Meskipun sudah melek teknologi, tetapi Kampung Cyber tidak melupakan unsur jawa yang kental dengan keramahtamahan. 

Branding kampung edukasi melek teknologi tidak lepas dari era baru yaitu Society 5.0. Era teknologi yang di mana semua teknologi menjadi bagian dari manusia. Maksudnya ialah manusia memiliki peran utama sebagai pemanfaat sekaligus pengembang teknologi modern, seperti AI dengan dobrakkan baru dalam mengembangkan teknologi yang membantu manusia untuk berinovasi, meminimalisir permasalahan sosial dan ekonomi dalam menciptakan keselarasan hidup manusia. 

Seperti yang dilakukan Kampung Cyber dengan menggunakan website sebagai bentuk dobrakkan baru dalam mengakses teknologi sebagaimana mestinya. Para warga dapat bersaing lebih luas menawarkan produk UMKM di website tersebut, dengan harapan dikenal oleh banyak orang, bahkan seluruh dunia.

Digital marketing tersebut dapat menjadi contoh khalayak umum dalam memasarkan UMKM yang  mengandalkan teknologi, karena cakupan konsumen pasar yang lebih luas daripada menggunakan manual marketing. Keuntungan yang didapat juga lebih banyak, karena manusia era sekarang serba digital dengan memanfaatkan internet dalam kehidupannya. 


Kampung Cyber Yogya- alodiatour.com


Jika para warga Kampung Cyber lebih menciptakan inovasi baru dalam menghadapi Society 5.0,  maka kehidupan warga lebih maju dan sejahtera. Skil dan ketrampilan dalam mengakses teknologi sudah didapatkan melalui edukasi  yang diadakan oleh Kampung Cyber dalam mengenalkan website, serta pengaplikasian teknologi informasi. Hasil edukasi tersebut dapat meningkatkan keterampilan dan memperluas karier pekerjaan di bidang teknologi informasi. 

Di era teknologi ini banyak membutuhkan para manusia yang paham akan teknologi, seperti web developer, web designer, digital marketer. Melalui hal kecil yang diterapkan oleh Kampung Cyber menjadi salah satu contoh untuk daerah lain untuk lebih melek teknologi dan berinovasi. Sebagai warga yang memikirkan masa depan, tidak akan menjadi pengguna teknologi dan dikuasai teknologi. 

Semoga dobrakkan dari Kampung Cyber tersebut menjalar keseluruh masyarakat Indonesia, sangat mengerikan bukan? jika masyarakat Indonesia melek teknologi dalam memberikan inovasi baru untuk kemajuan bangsa. 


Senin, 03 April 2023

Pasar Kembang: Sarkem Pusat Perlendiran di Yogyakarta



Jalan Malioboro dan Pasar kembang- yogya.com


Yogya, Yogya kota istimewa, istimewa negerinya, istimewa orangnya. Itulah sepenggal lirik lagu yang populer di telinga masyarakat umum. Tidak dapat mengelak pada setiap daerah pasti memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Sama halnya dengan Yogyakarta dijuluki dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terkenal dengan Kraton Ngayogyakarta Diningrat, cagar wisata budaya, dan kota pendidikan. Bagi masyarakat umum melihat sekilas memang benar adanya Yogyakarta adalah kota yang unggul, asik, tetapi masih banyak permasalahan masyarakat  yang perlu di tinjau kembali. 

Pada area Malioboro tengah malam menjelang pagi, banyak di jumpai orang-orang yang tidur di bangku Jalan Malioboro, maupun pada pinggiran Pasar area Malioboro yang beralaskan kardus bekas. Para rakyat kecil tersebut adalah pemulung dan para perantau yang ingin mencari pekerjaan. Mereka hanya ingin mendapatkan kesejahteraan yang layak demi keberlangsungan hidupnya. Seakan-akan pasrah menerima keadaan yang ada. Area wisata Malioboro yang menjadi Jantung Kota Yogyakarta akan berbanding terbalik pada kenyataannya. 

Sarkem, Kota Yogya- Lugas Subarkah

Tidak jauh dari Malioboro, terdapat tempat prostitusi diantara Hotel Unisi dan Abadi Hotel Malioboro tepat di depan Stasiun Tugu Yogyakarta. Tempat prostitusi tersebut bernama Sarkem atau Pasar kembang. Prostitusi sarkem sudah ada sejak zaman kolonial Belanda tahun 1818. Sebutan sarkem pada waktu itu adalah Balokan (tempat menaruh balok kayu pembuatan rel dan stasiun). Tempat tersebut sengaja dibuat oleh pemerintahan Belanda sebagai tempat rehat para pekerja dan kebetulan dekat dengan pusat perekonomian yaitu stasiun yang bisa menambah pemasukan Pemerintah Belanda melalui bisnis perlendiran. 

Hingga kini keberadaan Sarkem tidak bisa hilang bergitu saja, meskipun berada pada pemukiman padat penduduk di gang RW Sosrowijayan Kulon Gedongtengen. Tetapi tidak dapat ditampik wilayah tersebut menjadi tempat perlendiran yang masih ada hingga saat ini, namun bukanlah tempat lokalisasi karena masih adanya penduduk yang tinggal di area itu dengan dominasi orang tua dan anak-anaknnya. 

Pada saat ingin memasuki wilayah tersebut akan dikenakan tarif sebesar Rp 5000, sebagai bentuk penjagaan. Pada area utama banyak para pekerja seks komersial (Psk) yang masih muda, dilanjutkan dengan area tengah pada usia menengah pula, hingga area akhir di dominasi usia tua. Para pelanggannya tidak lain para wisatawan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya ataupun anak muda yang ingin tau tentang perlendiran di sarkem. Meskipun berada di gang sempit, banyak sekali jejeran pekerja seks komersial (psk) dilengkapi juga dengan ruang karaoke dan ruangan khusus untuk melayani pelanggannya. 

Suasana malam Sarkem- Hammam Izzudin/Mojok.com


Selain sebagai tempat perlendiran, masih ada warga yang berjualan angkringan maupun warung kopi. Hal itu jarang ada di tempat lain, kapan lagi minum kopi ditemani muda-mudi dengan suasana malam yang menggairahkan. 

Prostitusi tidak akan musnah begitu saja. Yogyakarta yang notabennya sebagai kota pendidikan dan terkenal dengan sejarah sebagai tempat wisata, masih mempunyai celah prostitusi. Banyak sekali upaya pemerintah dalam mengatasi prostitusi, seperti yang dilakukan di Surabaya dengan membubarkan tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara bernama Dolly. Pembubaran tersebut dilakukan oleh mantan Walikota Surabaya Tri Rismaharini pada era itu. Meskipun sudah dibubarkan, perlendiran itu melahirkan lokalisasi baru yaitu kembang kuning, area stasiun wonokromo, hingga terminal bungurasih. Selama ada kehidupan manusia, tidak usai sampai kapanpun, karena sebab akibat yang membutuhkan dan dibutuhkan antara biologis dan ekonomis. 

Janganlah menjudge begitu saja. Para pekerja seks komersial (psk) juga menginginkan kehidupan yang lebih layak, namun keadaan yang belum bisa menerima kesejahteraan. Baik buruknya seseorang akibat dari lingkungan dan keadaan untuk tetap bisa hidup. Sudahkah kita sebagai manusia melakukan yang terbaik atau malah terburuk? 



Menelisik Taman Sari Tempat Kesenangan Sri Sultan Yogyakarta

Taman Sari: twitter @aMfrazing


Taman sari merupakan salah satu objek wisata sekaligus cagar budaya peninggalan Kesultanan Yogyakarta. Terletak di Jalan Rukun Kampung Taman, Kemantren Kraton, Yogyakarta. 

Taman sari di bangun pada tahun 1758 era Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengkubuwana I. Dalam kutipan buku Taman Sari (1993) Djoko Soekiman. Taman Sari dibangun sebagai bentuk penghargaan para permaisuri yang menemani sri sultan pada era peperangan Giyanti. Selain itu Taman Sari digunakan sebagai tempat melepas penat dan hiburan bagi Sri Sultan Hamengkubuwana I, permaisuri, keluarga dan selirnya. 

Di area Taman Sari terdapat kolam pemandian yang terbagi menjadi tiga yaitu Umbul Kawitan (kolam untuk putra-putri Sri Sultan), Umbul Pamuncar (kolam untuk para selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk Sri Sultan).  

Di kutip dari twitter dengan akun @HizbutTembakau terdapat menara yang digunakan Sri Sultan untuk mengawasi atau melihat pada selir-selirnya yang sedang mandi di kolam Umbul Pamuncar. Tepat di belakang menara tersebut terdapat Kolam Umbul Panguras tempat Sri Sultan mandi, tidak jarang juga Sri Sultan mengajak selir pilihan mandi bersama. Selain itu dibawah tangga menara terdapat kamar yang digunakan Sri Sultan untuk bercumbu dengan selir pilihannya. 

Pada saat memilih selir untuk menemani Sri Sultan, Sri Sultan membawa kembang kantil yang nantinya dilempar dari menara. Tujuannya adalah agar para selir berebut bunga kantil, selir yang mendapatkan bunga kantil tersebut yang akan menemani Sri Sultan. Dikutip dari twitter @TsubasaOzzoro berdasarkan penuturan tour guide Taman Sari. 

Jika dikaitkan dengan hal itu. Sri Sultan memiliki selir dan Taman Sari sebagai tempat hiburan, bukan serta-merta untuk memuaskan kebutuhan biologisnya saja. Banyaknya selir sebagai simbol Kekuatan dan kekayaan yang dimiliki untuk memikat banyak wanita. Melalui semboyan Harta, Tahta, Wanita yang menjadi pendoman Kesultanan. Selir di Kesultanan Ngayogyakarta dinikahi Sri Sultan secara nikah siri, sah secara agama, tetapi tidak tercatat di mata hukum. 

Banyaknya istri selir juga sebagai simbol  kekuasaan Kesultanan yang dipengaruhi asal daerah para selir Sri Sultan yang nantinya menjadi bagian kekuasan Kesultanan. Maka dari itu wilayah kekuasaan Kesultanan akan bertambah jika memiliki istri dan selir dari berbagai wilayah. Banyaknya istri pula sebagai peluang Sri Sultan memperoleh keturunan anak laki-laki, karena laki-laki yang akan meneruskan tahta Kesultanan. 






Pawon: Peparing Mawon Acara Memperingati Satu Suro Di kaki Gunung Arjuno

17 Juli 2023 Pukul 15.20 saya dan rombongan tiba di pos 1 Ontobugo. Kegiranganlah saya, setelah beberapa hari berada pada rimba ...