Sabtu, 24 September 2022

Kearifan Lokal Tradisi Nyadran Masa Pandemi Covid-19 masyarakat Kabupaten Sidoarjo


Nyadran masyarakat Bluru Kidul
baguswahyupurnomo.blogspot.com

Negara Indonesia adalah bagian dari negara beribu kepulauan, kemajemukan Indonesia menyebabkan banyak keberagaman yang tidak bisa terpisahkan dari zaman nenek moyang hingga era modern ini. Kebudayaan Indonesia lahir dari kebiasaan masyarakat terdahulu. Agust Comte menjelaskan bahwa semakin maju atau modern kehidupan masyarakat, semakin tertinggal kegiatan spiritual dalam kehidupan masyarakat. Namun, pada era modern ini masih ada masyarakat yang terlibat dalam kegiatan spiritual. 

Sidoarjo adalah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, yang lebih terkenal dengan "Lumpur Lapindo", selain itu di desa Bluru Kidul Sidoarjo memiliki kearifan lokal yaitu Nyadran yang masih dilakukan hingga saat ini. Nyadran adalah wujud kombinasi unsur kebudayaan antara kepercayaan, seni dan menyikapi rasa bersyukur atas limpahan sumber daya alam, yang dimana menjadi tradisi resmi masyarakat Kabupaten Sidoarjo. Tradisi Nyadran pada umumnya dilaksanakan sebanyak satu kali dalam setahun. Musim kemarau merupakan latar waktu yang tepat merayakan Tradisi Nyadran. 

Tradisi Nyadran masyarakat Desa Bluru Kidul Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang notabennya bermata pencaharian sebagai nelayan setiap tahunnya melakukan Tradisi Nyadran yang dilatar belakangi sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sedekah Bumi).


 Tumpeng source: kitchenofindonesia

Masyarakat membuat Tumpeng (“tumapaking penguripan-tumindak lempeng tumuju Pangeran” yang artinya berkiblatlah kepada . pemikiran bahwa manusia itu harus hidup menuju jalan Allah.) bentuk representasi hubungan antara Tuhan dengan manusia, dan manusia dengan sesamanya. Bentuk kerucut yang menjulang ke atas juga disimbolkan sebagai harapan agar tingkat kehidupan manusia semakin 'tinggi' atau sejahtera. 

Tumpeng tersebut dibawa ke makam Dewi Serdadu (Ibu Sunan Giri dan leluhur di daerah Bluru Kidul) di Desa Kepetingan, dan kenapa dinamai Desa Kepetingan? Karena dahulu Dewi Serdadu mencari anaknya (Raden paku/Sunan Giri) yang dihanyutkan ke laut oleh ayahnya Dewi Serdadu yaitu Raja Blambangan karena perseteruan, namun Dewi Serdadu malah hanyut terbawa ombak  kearah Sidoarjo, yang dimana jasad beliau digotong oleh kepiting-kepiting menuju tepian pesisir Sidoarjo, maka dari itu daerah tersebut disebut "Kepetingan"

Setelah masyarakat membawa tumpeng dan berbondong-bondong menuju makam Dewi serdadu mereka melakukan pengajian dan berdoa atas wujud rasa syukur telah diberikan hasil laut yang melimpah, setelah itu tumpeng tersebut dimakan bersama- sama oleh masyarakat yang melakukan Tradisi Nyadran tersebut. 


   Masyarakat melakukan doa di Makam Dewi Serdadu: 
baguswahyupurnomo.blogspot.com


Tradisi Nyadran saat Covid-19

Modernisasi tidak dapat menyurutkan pola kebiasaan sehingga nyadran menjadi tradisi yang tetap lestari meskipun masyarakat mengalami fase transisi (Arifin dkk., 2018). Tradisi Nyadran pun mengalami perubahan pelaksanaan sejak kondisi kehidupan masyarakat pada saat pandemi Covid-19. Nyadran pada saat pandemi tidak dilaksanakan sebagaimana tradisi di setiap tahun.

 Dikutip dari Kompasiana "Tradisi Nyadran saat pandemi tidak dilakukan sebagaimana mestinya, tetapi diganti dengan kegiatan doa dilaksanakan secara mandiri di rumah masing-masing, dikarenakan panduan dari pemerintah agar masyarakat menjalankan protokol kesehatan."

Serta siasat penerusan keberlangsungan Nyadran melalui instrumen teknologi sebagai jembatan interaksi masyarakat. Dikutip dari penelitian mahasiswa Unesa Fierla S. Dharma Kusuma1

"Beberapa partisipan seperti subjek F menggunakan gawai dan internet dalam optimalisasi interaksi sosial para aktor yang mengikuti Nyadran. Penggiatan doa dilaksanakan secara mandiri di rumah masing-masing."

"Disisi lain, informan A menyadari keterikatan makna tradisional dalam Nyadran di tengah pandemi COVID-19. Sosok orang tua yang berpartisipasi pada Nyadran di tahun sebelumnya membuat A menjadi penerus tradisi meski dengan kondisi yang berbeda. Pemahaman Nyadran bagi A sendiri atas tradisi tersebut menjadi pertahanan budaya sosial masyarakat sebagai cara adaptif dengan peningkatan intensitas pergerakan masyarakat modern."

Tradisi pun berubah pada saat pandemi COVID-19. Nyadran sebagai salah satu tradisi masyarakat Kabupaten Sidoarjo pun masih berjalan meski di tengah aturan pembatasan massa skala besar.  Meskipun begitu masyarakat masih berpartisipasi dalam tradisi Nyadran ditengah pandemi ini, walaupun terdapat kesenjangan urgensi protokol kesehatan. Dalam pemikiran Max Weber, rasionalitas tindakan sosial manusia berperan aktif dalam kehidupan sosial

Yang dapat diartikan meskipun  adanya Pandemi Covid-19, tradisi nyadran tetap dilakukan dengan berbagai cara,  dan menurut penulis yang berasal dari Sidoarjo, kegiatan Nyadran tersebut tetap dilakukan seperti sebelumnya, namun dengan pembatasan yang lebih ketat sebagai upaya mencegah penyebaran Virus Covid-19. 


Iringan sound system musik, 
source: @fjr_audio_chanel


Meskipun mayoritas yang melakukan Tradisi Nyadran adalah golongan tua, begitu banyak cara yang dilakukan, seperti yang penulis ketahui Perayaan Nyadran tidak hanya dilakukan di Desa Bluru Kidul, namun di Desa Balongdowo dan juga Desa Sawohan.

 Pada perayaan Nyadran di Desa Balongdowo dilakukan dengan menggunakan perahu Menuju dusun Kepetingan Desa Sawohan Kec. Buduran. Perjalanan ini melewati sungai desa Balongdowo, Klurak kali pecabean, Kedung peluk dan Kepetingan (Sawohan) dengan tujuan akhir makam Dewi Serdadu. Nah perahu-perahu tersebut selain ditumpangi oleh peserta Nyadran juga diberi Salon, atau sejenis Sound System yang bertumpuk-tumpuk dengan iringan musik ataupun lagu-lagu dangdut dan lainnya (battle music) yang membuat Golongan Muda tertarik dengan perayaan Nyadran tersebut sebagai bentuk rasa syukur, kesenangan terhadap hasil bumi nelayan dan upaya mengajak generasi muda melestarikan Tradisi Nyadran. 


Source: https://rumahsosiologi.com


Sidoarjo yang termasuk kabupaten yang diserbu dengan industri-indutri modern dan perkembangan zaman yang semakin pesat-pun, masih tetap melestarikan Tradisi Nyadran, Potensi Tradisi Nyadran ini berpeluang sebagai pengenalan wisata budaya, sama halnya yang terjadi di Bali, yang dimana pada saat Upacara Adat Ngaben atau lainnya  banyak sekali wisatawan yang melihat, ikut serta mempelajari ataupun mengenal potensi budaya Indonesia tersebut. Tradisi Nyadran pun pasti bisa demikian. 

Salam literasi. 


Referensi:

Winisudo, Ridho Tri. Fauzi, Agus Machfud(2021) jurnal, Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan TAJDID Vol. 24 No. 2 (2021) Rasionalitas Tindakan Sosial dalam Tradisi Nyadran di Desa Bluru Kidul Kabupaten Sidoarjo https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/tajdid/article/view/3132/2219

Dharma Kusuma, Fierla S. (2021) Inovatif Volume 7, No. 2 September 2021 e-ISSN 2598-3172 Rasionalitas Tradisi Nyadran Masa Pandemi Masyarakat Kabupaten Sidoarjo https://jurnal.iaih.ac.id/index.php/inovatif/article/view/216

Bambang (2022) Tradisi Nyadran Budaya di Sidoarjo pada masyarakatnya https://www.kompasiana.com

Armandani Sony(2021) Nasi Tumpeng Identik dengan Perayaan Penting? Yuk Kenali Faktanya! https://kawn.co.id/nasi-tumpeng-identik-dengan-perayaan-penting-yuk-kenali-faktanya/

Ratna Eni, Neni Dewi(2021) Makna Tumpeng  Dalam kehidupan Manusia Jawa https://atb-bandung.ac.id/berita/makna-tumpeng-dalam-kehidupan-manusia-jawa




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pawon: Peparing Mawon Acara Memperingati Satu Suro Di kaki Gunung Arjuno

17 Juli 2023 Pukul 15.20 saya dan rombongan tiba di pos 1 Ontobugo. Kegiranganlah saya, setelah beberapa hari berada pada rimba ...