Minggu, 29 Januari 2023
Dari Rakyat Tidak Sepantasnya Menindas: Kasus Mahasiswa Universitas Indonesia Tertabrak Eks Polisi Menuntut Keadilan
Rabu, 11 Januari 2023
Resensi Di Bawah Bendera Merah
Selasa, 10 Januari 2023
Resensi Oligarki di Indonesia dengan Skandal Demokrasinya
Senin, 09 Januari 2023
Resensi Soekarno & Nasakom
Judul: Soekarno & Nasakom
Penulis: Nurani Soyomukti
Penerbit: Ar-Ruzz Media
Halaman: 364
ISBN: 979-25-4512-3
Soekarno & Nasakom merupakan buku karya Nurani Soyomukti, seorang Sarjana Hubungan Internasional FISIP universitas Jember. Bukunya yang terbit pada tahun 2006 tersebut tak hanya menceritakan bagaimana Nasakom sebagai ideologi terbentuk, namun juga terkait keterlibatan Soekarno sebagai pencetus dari Nasakom itu sendiri. Terutama terkait nasionalisme ala Soekarno.
Buku sosial politik tersebut menjelaskan mengenai konsep Nasakom yang pertama kali dicetuskan oleh Soekarno. Nasakom merupakan sebuah singkatan nasionalisme, islamisme, dan komunisme. Soekarno adalah sosok penting bagi berdirinya bangsa Indonesia, karena pada dasarnya di setiap peristiwa melahirkan sosok yang besar, salah satu contohnya ialah Soekarno.
Buku ini mengisahkan perjalanan Soekarno tumbuh menjadi sosok yang idealis karena banyaknya pengalaman serta kerap bertemu dengan orang-orang menyebarkan ideologi yang menyebabkan Soekarno memiliki banyak gagasan mengenai kebebasan dari penjajahan. Hal ini membuka mata pandang, bahwa nasionalis bukan sekedar mencintai bangsa, nasionalis hadir karena keinginan dari rakyat untuk terbebas dari penjajahan, yang mana Islamisme bersama orang yang berjuang melawan ketertindasan, komunisme menjadikan rakyat merata. Sehingga nasakom bisa dikatakan sebagai obat dari keterpurukan sebuah negara.
Ideologi Nasakom dibenak Soekarno digunakan sebagai tonggak melawan penjajahan yang terus membuntuti bangsa Indonesia. Cara pandang Soekarno mengenai ideologi bangsa Indonesia masih menjadi tanda tanya, sosok yang radikal dan Idealis akibat dari ajaran Marxisme membukakan pemahaman gagasan kemanusiaan hak setiap individu. Soekarno sangat menentang adanya imperialisme dan kolonialisme. Kedua hal tersebut menjadi momok bagi bangsa Indonesia, penjajahan, paksaan, dan pengambilan aset kekayaan bangsa Indonesia direbut paksa oleh penjajah yang bertujuan untuk memperluas dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Jika mengacu pada Marxisme keberpihakan kepada rakyat kecil akan lebih dominan dan kesejahteraan bangsa Indonesia mengalami kemajuan, karena tidak adanya dominasi dari suatu pihak.
Soekarno melalui Nasakom, mengharapkan keberhasilan dalam menjalankan bangsa Indonesia agar terbebas dari belenggu penjajahan, tetapi di zaman sekarang apakah Nasakom dapat diimplementasikan secara baik? Mengingat kejadian Gerakan 30 September 1965 (G30SPKI) yang mengemparkan kondisi bangsa Indonesia dan kecerobohan besar PKI, yaitu menyelinap ke desa berbasis pertanian dan mempersenjatai masyarakat, serta mendoktrin ajaran komunisme sebagai bentuk revolusi yang membuat PKI dibenci beberapa kalangan lainnya. Ajaran Marxisme dapat berjalan sebagaimana mestinya, tetapi keinginan orang Indonesia terlalu gegabah dalam mengambil sebuah keputusan. Ideologi Komunisme sah-sah saja jika penerapannya benar-benar mengedepankan kesejahteraan rakyat dan pada dasarnya Komunisme memihak golongan bawah untuk memperoleh keadilan atas keresahan masyarakat di Indonesia atas banyaknya pemerasan sumber daya alam, dan sumber daya manusia.
Buku ini direkomendasikan bagi yang menyukai mengenai sebuah sejarah dan ingin memperdalam ideologi yang pernah dicetuskan oleh pendiri bangsa Indonesia. Membuka pikiran bahwa sesuatu yang diajarkan belum tentu benar dan keabsahan dari kebenaran akan terus berlanjut. Jika ingin mencerna makna dari buku tersebut dengan lebih baik, alangkah baiknya dipahami dengan baik, untuk mencegah adanya misintepretasi. Buku ini menjelaskan tentang perjalanan Soekarno dan ideologi Nasakom yang ingin membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan tanpa syarat. Namun, revolusi akan tetap berlanjut, karena sebagus apapun ideologi pasti ada kelebihan dan kekurangan dan perlu adanya kesadaran rakyat untuk melawan penindasan.
Minggu, 08 Januari 2023
Berdemokrasi Money Politic
Bagi warga negara berbasis demokrasi pasti tidak asing lagi dengan kata "Money Politic" atau politik uang(serangan fajar) . Politik uang bisa dibilang sebuah tradisi dalam berebut kursi dalam pemerintahan tingkat rendah maupun tinggi. Apakah yang menjadi dasar para politikus melakukan hal tersebut?
Tidak dapat dipisahkan jika dalam mencari suara rakyat yang notabennya memiliki sumber daya manusia rendah, dengan mudahnya membeli suara tersebut. Karena pada dasarnya jika disuatu negara memiliki sumber daya rendah, rakyat yang didalamnya akan menerima dan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan keinginan atau sekedar bisa bertahan hidup.
Cara bertahan hidup rakyat kecil tidak dapat dipungkiri akan mudah menerima uang dengan tanda kutip tertentu, karena rakyat kecil tidak memperdulikan atau hanya sekedar mengikuti arahan yang diberikan, dan memperoleh timbal balik secara spontan melalui uang. Uang adalah segalanya untuk bisa menjalankan kehidupan, rakyat kecil apalah daya yang tidak memiliki power, hanya turut, tunduk, berbangsa dan bernegara.
Para politikus melakukan segala cara untuk bisa memperoleh kursi yang diinginkannya. Terdapat sebuah tanda tanya besar yang patut sama-sama kita curigai. Bagaimana bisa sesorang mengeluarkan banyak yang dan tenaga, jika peluangnya 1:10. Ada apakah di kursi pemerintah, sehingga banyak sekali yang memperebutkannya.
Jika dilihat dari sisi Demokrasi yang berasal dari kata demos "rakyat" kratos "kekuasaan" Bahwasanya kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat, pemerintah hanyalah sebuah tangan kanan, penyampaian, pengatur yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyat dan bangsanya. Jika tujuannya benar adanya untuk rakyat, maka dengan mudah para politis memperoleh suara rakyat, dalam faktanya suara rakyat didengar jika ada maksud dan tujuan tertentu. Jika pada masa kampanye dengan janji manis dan tingkah sopan santun yang menggebu dengan hebatnya, tetapi jika sudah terpilih seakan lupa dengan yang dijanjikan, karena sibuk mengembalikan modal besarnya. Akan tetapi berbeda pula para politikus yang sudah mengeluarkan banyak uang yang tidak terpilih juga tidak kalah hebatnya, sehingga menjadi gila akal karena hilangnya sebuah ketulusan untuk keserakahan.
Sampai kapan kita sadar bahwa para pemerintah memiliki banyak segelintir orang yang benar-benar memikirkan rakyat. Sudah masanya rakyat bergejolak dan merubah kebobrokan pemerintah yang hanya mementingkan kroninya. Menginginkan sebuah negara berkembang menjadi negara maju, dengan memperbaiki sistem sumber daya manusia tersebut, menenggakkan hukum dan menghilangkan sebuah budaya Money Politic yang terus bergelora. Jika kita tetap menyalahkan sebuah pemerintah yang gagal membawa kearah kemajuan, rakyat juga seharusnya bisa intropeksi diri, mengapa memilih politikus tersebut. Dalam hal kecil, jika sebuah sistem yang seharusnya berjalan tanpa adanya uang saku, maka tidak akan ada ketergantungan dan kebiasaan tersebut. Keserakahan untuk memperoleh sesuatu adalah awal dari sebuah kehancuran. Semoga segera adanya introspeksi membangun sebuah negara maju untuk kesejahteraan bersama.
Sabtu, 07 Januari 2023
Oligarki
Di era modern ini, tidak dapat dipisahkan mengenai sebuah kekuasaan, menguasai, dan dikuasai, ntah kekuasaan secara mikro maupun makro. Segelintir orang kecil hanya sebuah hama, itulah bahasa kasarnya.
Jika dilihat dari hal kecil sekumpulan orang yang sedang dikuasai oleh segelintir penguasa yang mengatur dan memerintah untuk bisa survive selama beberapa hari dengan hal yang jarang dilakukan kebanyakan orang, bisa dikatakan aneh dan mustahil jika dilihat dari kacamata orang awam. Karena tidak adanya akses melawan hal tersebut, mengikuti begitu saja, namun demikian hanya sementara. Proses yang masih dimulai memiliki perjalanan panjang yang akan berujung pada kebaikan, meskipun kekuasan akan terus membuntuti selama proses tersebut berlangsung.
Tikus yang bisa dikatakan sebagai hama, menjijikan dan menggelikan akan tetapi bermanfaat bagi ekosistem yang ada di persawahan dan menjadi sebuah makanan bagi elang dan ular, jika tidak adanya tikus maka ekosistem tersebut akan punah, karena pada dasarnya siklus ekosistem akan berputar terus- menerus. Jika tidak adanya salah satu dari ekosistem tersebut akan pincang ataupun terhenti. Sama halnya hama yang penulis sebutkan diawal hama tidak selamanya merugikan ada kalanya menguntungkan jika dikelola dengan baik dan pada masanya ia tumbuh menjadi lebih baik dan meneruskan hal yang seharusnya tetap dilakukan.
Jika dilihat dari sisi makro kenyataan didalam negeri ini terus berlanjutan. Para penguasa seolah mengelabui masyarakat kecil. Penguasa tidak hanya pemerintah, akan tetapi diatas pemerintah masih banyak dalam tanda kutip diatas penguasa masih ada penguasa yang hanya menginginkan kepuasan kelompok-kelompoknya. Sehebat apapun janji tersebut akan terasa acuh begitu saja, karena pemenang masih ditunggangi oleh sang Maha penguasa negara.
Pawon: Peparing Mawon Acara Memperingati Satu Suro Di kaki Gunung Arjuno
17 Juli 2023 Pukul 15.20 saya dan rombongan tiba di pos 1 Ontobugo. Kegiranganlah saya, setelah beberapa hari berada pada rimba ...
-
Judul: Dalam Moncong Oligarki, Skandal Demokrasi di Indonesia Penulis: F. Budi Hardiman Penerbit: Kanisius Media (Anggota IKAPI)...
-
Kampung Cyber Yogyakarta- kejarmimpi.id Kampung Cyber atau kampung Information technology (IT) merupakan wisata edukasi melek teknologi yang...
-
Bagi warga negara berbasis demokrasi pasti tidak asing lagi dengan kata "Money Politic" atau politik uang(serangan fajar) . Polit...