Jumat, 31 Maret 2023

Salah Kaprah: Makna Kasus Viralnya Klitih Yogyakarta


Ilustrasi klitih. Alinea.id/Aisya Kurnia.


Maraknya Klitih di Yogya membuat resah masyarakat sekitar. Yogya yang terkenal sebagai kota pendidikan kini teralihkan dengan kasus  klitih yang cepat merambah di penjuru kota Yogya. Para mahasiswa yang mulanya ingin mencari ilmu pendidikan kini kian was-was akan kasus klitih. Karena banyak sekali mahasiswa yang pulang malam setelah mengerjakan tugas, kini beban pikiran bertambah akibat kasus kejahatan tersebut. 

 Istilah Klitih berasal dari bahasa Jawa yang kini disalah artikan. Klitih sebenarnya adalah suatu kegiatan berjalan-jalan keluar malam dengan tujuan mencari angin ataupun mengontrol area ladang pertanian dari hama dan pencurian gabah (bulir padi). Hal yang dilakukan oleh simbah-simbah zaman dulu "sik tak klitih" itu sambil mencari angin dengan merokok menikmati suasana malam, sembari menjaga ladang. Kini hal yang semula-nya positif menjadi negatif. Seiring berkembangnya zaman pula dikaitkan dengan kejahatan jalanan yang dilakukan sekumpulan anak muda keluar malam dengan tujuan melukai seseorang tanpa motif yang jelas. 

Kejahatan jalanan tersebut didominasi oleh anak muda tentang usia 15-25 tahun yang masih labil dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Maka dari itu kejahatan di Jogja tersebut hanya melukai seseorang yang di temuinya tanpa mengambil barang berharganya. Setelah berhasil melukai korban tersebut, pelaku merasa dirinya keren dan semakin banyak korban maka pelaku semakin terkenal. Hal tersebut menjadi salah kaprah, terkenal dari tindak kejahatan. 
Selain dari faktor psikologi kestabilan emosi pelaku kejahatan tersebut dipengaruhi oleh media sosial yang merambah begitu cepat, menampilkan adegan kekerasan dan menjadikan penonton tertantang untuk mencobanya. Perlunya peran keluarga dan pihak sekolahan untuk mensosialisasikan hal-hal yang melanggar norma dan penekan bahwa tindakan kejahatan tidak akan membuat semakin terkenal, tetapi membuat stigma buruk terhadap pelaku dan keluarganya sampai kapanpun akibat kejahatan yang dilakukan. 


Ilustrasi kejahatan jalanan (Suara.com/Iqbal Asaputro)

Pada dasarnya kejahatan jalanan disetiap daerah itu ada, contohkanlah surabaya pada akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023 maraknya para pemuda yang membawa senjata tajam yang keluar pada malam hari, hal tersebut membuat resah warga sekitar. Penyebutan kejahatan jalanan tersebut adalah Gangster. Sama halnya dengan kasus kejahatan jalanan dengan sebutan Klitih yang mulanya berarti keluar malam untuk mencari angin kini disamakan dengan keluar malam untuk melukai seseorang. Terkadang manusia mengambil gampangnya saja dalam melabeli suatu kejadian tanpa tau arti sebenarnya. 

Jadi kita sudah mengetahui bahwasanya istilah Klitih yang sedang viral sekarang adalah kejahatan jalanan. Jika terdapat berita mengenai seseorang dibacok orang asing pada malam hari di area Yogya itu bukanlah Klitih, itu kejahatan jalanan. Para media memang sengaja menggunakan kata klitih sebagai bentuk click bait agar beritanya diminati banyak orang. 

Perlunya penekan mengenai arti klitih sendiri, sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya mengenal budaya dan norma adat istiadat yang ada di setiap daerah, agar kelak tidak disalah artikan, seperti makna Klitih. 

Selasa, 21 Maret 2023

Hiruk Pikuk Kota Istimewa: Mari Mengenal Pasar Tua Beringharjo Yogyakarta


Pintu Masuk Pasar Beringharjo

Ketika berkunjung ke Malioboro, pasti tidak lepas dengan banyaknya ruko dan pasar yang ada di area Jalan Malioboro. Pasar Beringharjo salah satunya, merupakan pasar tertua yang ada di Yogyakarta. Dalam sejarahnya Pasar Beringharjo di bangun pada area lahan hutan beringin, sama halnya pembangunan keraton atau Kesultanan Yogyakarta yang dimana Sri Sultan Hamengkubuwana I memerintahkan rakyatnya untuk membabad hutan beringin untuk dijadikan wilayah Kesultanan Yogyakarta tahun 1758. Hasil dari babad hutan beringin tersebut kini terbentuk wilayah Kraton sebagai pusat pemerintahan, Alun-alun sebagai ruang publik yang dapat dinikmati oleh masyarakat pada saat itu maupun sekarang, terdapat juga Masjid Gede Kauman yang digunakan sebagai tempat ibadah, dan Pasar Beringharjo sebagai pusat perekonomian. 

Kata Beringharjo berasal dari Bering yang berarti hutan beringin, Harjo berarti sejahtera. Jadi pasar tersebut di bangun pada area hutan, hutan konon katanya banyak menghasilkan kebutuhan pokok sehari-hari manusia yang diharapkan dapat mensejahterakan rakyat. 

Pada era sekarang Pasar Beringharjo tetap eksis, meskipun tergolong pada pasar yang masih tradisional. Karena keistimewaan dari sejarah pasar tradisional yang dibangun langsung atas perintah  Sri Sultan Hamengkubuwana I menjadi pusat perekonomian pada zaman itu. 

Suasana Pasar Beringharjo

Pada area depan, tepatnya samping jalan Malioboro, terlihat plang bertuliskan Pasar Beringharjo beserta penjelasan mengenai Pasar Beringharjo. Pasar tersebut buka mulai jam 08.00 pagi hingga 21.00 malam pada waktu setempat.

Pada saat memasuki pintu utama Pasar Beringharjo disambut oleh banyak ruko-ruko yang menjual pernak-pernik cenderamata, seperti kain batik, baju batik, dan pakaian khas lainnya. Pada area tengah pasar menjual suvernir dan perhiasan khas Yogyakarta, serta pada area belakang pasar menjual kebutuhan pokok semacam sayur-sayuran, buah-buahan, daging, dan sembako. Pada area belakang bisa dibilang tempat para tengkulak ataupun orang berbelanja dengan jumlah banyak untuk warung makan dan sebagainya. 

Hal yang menarik selain dari segi filosofisnya adalah terdapat kuli panggul Pasar Beringharjo yang mempunyai Paguyuban buruh gendong. Para kuli panggul tersebut mayoritas adalah ibu-ibu yang sudah berumur. Kualitas tenaga dari ibu kuli panggul tidak perlu diragukan lagi, beliau jalan naik turun tangga dengan mengendong barang-barang berkilo-kilogram pesanan hingga ke area parkir Pasar Beringharjo. 

Seperti Ibu Prengel Sugiarti asal Kulon Progo yang sudah menjadi kuli panggul sejak beliau masih muda, meskipun perawakan beliau kecil, tenaganya boleh diadu, karena kebiasaan Ibu Prengel dalam meminggul barang selama bertahun-tahun. Ciri khas dari kuli panggul salah satunya ialah memakai kaos kuning biru yang bertuliskan paguyuban buruh gendong dengan membawa keranjang  yang dipanggul pada belakang punggungnya. 

Sangat disayangkan jika pergi berkunjung ke Malioboro tidak mampir di Pasar Beringharjo, Pasar tertua di Yogyakarta yang memiliki daya tarik filosofis dan suasana yang kental akan tradisionalis. Akan sia-sia pula jika berkunjung jauh-jauh ke Yogyakarta, hanya singgah di area terkenal tanpa mengetahui filosofis setiap area yang dikunjungi. 

Senin, 20 Maret 2023

Akankah Paguyuban Becak Motor Yogyakarta (PBMY) Kian Tenggelam Keberadaannya

Becak motor Vs Andong


Malioboro sebagai pusat penggerak perekonomian di wilayah Kota Yogyakarta. Para wisatawan hilir-mudik mendatangi Malioboro, berbelanja cenderamata khas Yogyakarta ataupun hanya menikmati suasana jalan Yogyakarta yang terkenal itu. Para wisatawan datang dan pergi menggunakan banyak transportasi yang tersedia. Bus pariwisata, Kendaraan pribadi, Gojek, Gocar, Trans Yogya, Andong dan Becak Motor. 
Pada era modern ini wisatawan dengan mudahnya mengakses transportasi umum yang tersedia di segala penjuru wisata Yogyakarta. Dibalik itu semua banyak hal positif yang di dapatkan mudahnya akses transportasi seiring berkembangnya ilmu dan teknologi. Di sisi lain transportasi umum tradisional semakin tersingkir dan kurang mendapatkan perhatian, khususnya para Pembecak.

Becak dahulu di kayuh oleh tenaga manusia, sekarang berganti menggunakan mesin yang kini bernama Becak Motor. Jika di Yogyakarta bernama Paguyuban Becak Motor Yogyakarta (PBMY). Meskipun penggunaan Becak Motor dianggap sama halnya menggendarai Sepeda Motor, namun kini di area Yogyakarta kurang di mendapat perhatian dianggap masih Tradisional dan kurang efesien. Persaingan yang ketat terhadap tranportasi yang modern lebih efesien dan cepat kian merambah. Contohkanlah GO-JEK dan GO-CAR kita tinggal buka aplikasi yang bersangkutan dan memesan sesuai dengan tujuan. Pembayaran pun lebih efesien melayani Cash maupun Qris.

Trans Jogja pula, kita cukup berhenti di Halte dan  diarahkan kepada petugas ingin pergi kemana, pembayaran pun semakin modern menggunakan E-Toll  dan Qris tidak melayani cash dengan harga tarif reguler Rp 3.600, sedangkan pelajar Yogyakarta hanya Rp 60, dan lansia Yogyakarta hanya menunjukkan KTP alias Rp 0. Dengan rute Trans Yogya yang tersedia. Kemudahan demi kemudahan penunjang transportasi digalakkan oleh pemerintah Yogyakarta, demi mengurai kemacetan yang ada. 

Transjogja dan Becak- Facebook kota Jogja


Andong, turunan kereta kencana Kesultanan, kendaraan tradisional yang bertenaga kuda masih sangat diminati daripada becak motor yang sama-sama tradisional, namun keistimewaan andong tersebut yang menjadi saya tarik wisatawan, meskipun harus merogoh kocek lebih daripada tranportasi lain. Andong dikemudikan oleh Pak kusir yang berpakaian rapi dengan khas busana batik(lurik) menggunakan jarik yang menjadi daya tarik tersendiri. 

Andong: bakpiakukustugu.co.id

Pada akhirnya pula Paguyuban Becak  Motor Yogyakarta (PBMY) sering mengalami gesekan terhadap Transportasi umum di Yogyakarta sendiri karena persaingan yang tidak seimbang. Para pembecak motor ingin mendapatkan perhatian dan kesejahteraan yang seimbang oleh pemerintah yang diharapkan sama-sama mendapatkan keuntungan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Para orang kecil seperti ini, bekerja untuk bisa makan pada hari ini dan esok. Pendapatan yang tidak seberapa menjadi kajian yang perlu ditinjau kembali demi kesejahteraan rakyat kecil di Yogyakarta. 

Minggu, 19 Maret 2023

Gemerlap Megahnya Malioboro



Jalan Malioboro


Melancong ke Yogyakarta, tidak sempurna jika belum berkunjung ke Malioboro. Malioboro terletak diantara Kraton Ngayogyakarta Diningrat dan Tugu Pal Putih Yogyakarta. Kata malioboro berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti Malyabhara, Malya artinya bunga dan Bhara artinya mengenakan serapan dari Bharin. Jadi secara keseluruhan Malioboro adalah jalan yang mengenakan( dikelilingi) bunga dan menjadi jalan istimewa sekaligus jantung kota Yogyakarta. 

Malioboro menjadi tempat wisata wajib,  ketika singgah di kota dengan berbagai keistimewaannya. Sepanjang jalur Malioboro banyak berjejeran ruko-ruko yang menjajakan oleh-oleh dan cenderamata khas Yogyakarta. Pada saat pertama kali memasuki jalan Malioboro di manjakan dengan plang Jalan Malioboro dilengkapi tulisan Aksara Jawa. Ketika menikmati Malioboro dapat berjalan pada sisi kiri maupun kanan karena diapit oleh jalan utama Malioboro. 

Pasar Beringharjo


Pada area Jalan Malioboro banyak sekali wisata sejarah yang masih beroperasi hingga saat ini. Salah satunya adalah Pasar Beringharjo yang terletak di jalan Jalan Margo Mulyo No.16, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta. Buka mulai pukul 08.00-21.00 Wib dengan menjual berbagai kebutuhan sehari-hari sayuran, buah, makanan pokok hingga cenderamata batik, sovenir khas Yogyakarta.  Pertama kali beroperasi pada tahun 1758 yang menjadi pasar tertua di Yogyakarta. 


Museum Benteng Vredeburg: Vredeburg.id


Jika menyukai sejarah dapat berkunjung ke Benteng Vredeburg (1992)  terletak di Jalan Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta. 500 meter dari jalan Malioboro dan dapat di tempuh dengan jalan kaki sekitar 6 menit. Benteng Vredeburg dibangun sejak masa kolonial Belanda dan menjadi museum ikonik hingga sekarang. Museum tersebut buka setiap hari kecuali hari Senin pukul 08.00-15.00 Wib. Karena adanya aturan baru setiap wisata yang bernamakan Museum libur pada hari senin, maka Benteng Vredeburg libur pula. 

Titik Nol Yogyakarta


Titik nol Yogyakarta yang pusat tengah wisata di Yogyakarta terletak di pojok jalan Malioboro menghubungkan jalan Jalan Ahmad Dahlan, Jalan Senopati, Jalan Ahmad Yani, dan jalan menuju Alun-alun Utara. Pada area titik Nol Yogyakarta kita bisa melihat banyak pertunjukan kesenian yang beragam, seperti teater, musik, wayang, tidak hanya kesenian kita juga dapat mengenal monumen patung serangan umum 1 Maret 1949 sebagai simbol perlawanan terhadap Belanda dalam mempropagandakan bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi, sehingga muncullah perlawanan tersebut. Tidak hanya itu terdapat Bank Negara Indonesia (BNI) Trikora yang menjadi peninggalan masa kolonial Belanda. Dahulu digunakan sebagai perusahaan asuransi  Nederlandsch- Indische Levensverzekeringen en Lijfrente Maatschappij (NILLMIJ) sebagai tempat menabung pegawai pemerintahan dan militer Belanda. Pada masa penjajahan Jepang digunakan sebagai Kantor Radio Jepang bernama Hoso Kyouku yang menjadi cikal bakal berdirinya Radio Republik Indonesia (RRI). Kedua tempat bersejarah tersebut di tempuh dengan berjalan kaki selama 6 menit atau 600 meter dari jalan Malioboro. 

NIILLMIJ: BNI


Wisata edukasi yaitu Taman Pintar yang terletak 700 meter dari Jalan Malioboro, 8 menit berjalan kaki. Di sini banyak sekali wahana edukasi dan sangat cocok untuk anak-anak ataupun ingin mengetahui science theater, planetarium, tidak hanya itu pada deretan Taman Pintar terdapat Toko Buku lengkap yang terdiri dari buku pembelajaran, buku novel, buku cerita, buku agama, buku edukasi dan sebagainya. Terletak hingga ruko lantai satu hingga lantai tiga. 

Taman Pintar: tripjogja.co.id


Pada hari libur maupun hari biasa sangat ramai khususnya pada puncak Studytour pelajar Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Keatas (SMA).  Sekilas tentang wisata area Malioboro tersebut yang dapat menjadi acuan ketika melancong di Jalan Malioboro, sehingga bisa menjangkau tempat wisata lain dengan berjalan kaki sekaligus yang hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Tetaplah waspada, jagalah barang-barang berharga, karena keramaian bisa menimbulkan kejahatan akibat dari kesenjangan. 



Istimewanya Ngayogyakarta


Gapura pintu masuk Yogyakarta


Yogjakarta atau Jogja merupakan sebuah daerah yang terletak di kawasan pulau Jawa, tempatna diantara Provinsi Jawa Tengah. Jogja memiliki keistimewaan daripada kota lain yang ada di Indonesia. Jogja memiliki satu kota madya Yaitu Yogjakarta dan empat kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Bantul. 

Jogja menjadi kota yang istimewa tidak serta merta begitu saja, dalam sejarahnya Jogja di pimpin oleh Kesultanan Pangeran Mangkubumi Hamengkubuwana I dengan sebutan Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta) di resmikan pada tanggal 13 Maret 1755.

Pada masa awal berdirinya kota Jogja pusat pemerintahan berada di Hutan Beringin Desa Pachetokan, tidak lama berselang Sultan Hamengkubuwana I memerintahkan rakyat untuk membabad  hutan tersebut untuk dijadikan wilayah Kraton Ngayogyakarta dan berdirinya Kraton Ngayogyakarta pada tanggal 7 Oktober 1756 bersamaan dengan Berdirinya Kerajaan Ngayogyakarta Diningrat diantara sungai Winongo dan sungai code yang letaknya strategis dari penunjang segala bidang kehidupan. 

Pemerintah Jogja yang sebelumnya dipimpin oleh Kesultanan,  pada 17 Agustus 1945, yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paduka Pakualam diangkat menjadi Gubernur dan wakil gubernur langsung oleh Presiden RI pada saat itu. Pada pemerintah beliau daerah Kesultanan (Kraton) dan Pakualaman menjadi daerah Istimewa. 

Kemantren adalah nama lain dari kecamatan di Kota Jogja, karena Jogja adalah daerah istimewa maka di sebut dengan Kemantren yang dipimpin oleh Mantri Pamong Praja (kepala camat) dan Mantri Anom (Sekretaris). Kemantren di Kota Jogja terdiri dari 14 Kemantren yaitu Kemantren, wirobrajan, Ngampilan, Matrijeron, Mergantran, Gondomanan, Kraton, Umbulharjo, Kota gede, Pakualaman, Danurejan, Jetis, Tegal Rejo, Gondokusuman, Gedongtengen. Dari setiap kemantren memiliki ciri khas dan sejarah yang menarik dan patut di ketahui khalayak umum, karena keistimewaan Jogja tidak hanya wisatanya. 



Kematren Kraton: kratonkec.jogjakota.go.id



Berbeda pula penyebutan kecamatan di wilayah Kabupaten Jogja di sebut dengan Kapenewon, yang dipimpin oleh Panewu (kepala camat) dan Panewu Anom (sekretaris). Perubahan istilah tersebut untuk menjalankan UU Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.  Maka dari itu istilah  pemerintah dan daerah Yogyakarta memiliki filosofis yang unik sehingga sering dikenal oleh masyarakat umum sebagai Kota Istimewa. 

Penerus tahta Kesultanan Ngayogyakarta Diningrat yang akan datang kemungkinan adalah adik dari Sultan Hamengkubuwana X, karena beliau tidak mempunyai anak laki-laki sebagai penerus Kesultanan. Sedangkan menurut penuturan dari tukang becak area Kraton Ngayogyakarta, bahwasanya di Kraton terdapat aturan, jika sultan tidak mempunyai keturunan Laki-laki, maka boleh Menikah lagi hingga mempunyai keturunan laki-laki anak pertama. Sultan Hamengkubuwana X tidak demikian, beliau hanya mempunyai satu istri dan lima anak Putri. Beliau tidak ingin menikah kembali, karena tidak menginginkan jika anak-anak dan istrinya merasakan yang dirasakan Sultan Hamengkubuwana X, karena beliau memiliki Ibu tiri lima dan Sultan Hamengkubuwana IX bapaknya Sultan Hamengkubuwana X menikah sebanyak lima kali dan mempunyai anak 22. 

Sedangkan sejak zaman Kesultanan III dan IV adalah penerusnya kakak beradik, berbeda dengan Kesultanan IV-X penerusnya adalah keturunan bapak dan anak. 

Penggunaan gelar Kesultanan Ngayogyakarta Diningrat, jika anak kandung dari Kesultanan laki-laki maka mendapatkan gelar Mangkubumi, sedangkan perempuan Buwono. Nah Gelar Mangkubumi ini yang bisa dilantik menjadi sultan atau penerus sultan sebelumnya. Berbeda dengan pangeran Diponegoro merupakan anak Sultan Hamengkubuwana III namun dari Ibu tiri (selir-nikah siri), makanya di berikan gelar Pangeran dan tidak bisa meneruskan Kesultanan Ngayogyakarta. 


Kereta kencana: tripadvisor.co.id


Keistimewaan dari Kesultanan di Yogyakarta adalah kendaraan kereta kencana, jika ada Sultan yang meninggal, maka diiringi dengan Andong besar atau kereta kencana yang dilapisi emas khusus digunakan sebagai kendaraan pengiring atau penguburan Kesultanan (khusus Sultan) Yogyakarta yang di tarik oleh enam kuda, dengan perjalanan 26 kilo meter dari Kraton Ngayogyakarta,  tepatnya di pemakaman Hasturenggo Imogiri Bantul. Pengiringan dengan kereta kencana terakhir dilakukan pada tahun 1988 meninggalnya Sultan Hamengkubuwana IX. 

Dari banyak keistimewaan Kota Yogyakarta itu, yang bisa menjadi ilmu pengetahuan baru, mengapa Yogyakarta menjadi kota Istimewa, tidak sekedar mengenal wisata dan yang terkenal dari Yogyakarta sendiri. Mengenal sejarah daerah merupakan suatu kewajiban, agar bisa dipetik hikmah dan digunakan sebagai gambaran kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. 

Pawon: Peparing Mawon Acara Memperingati Satu Suro Di kaki Gunung Arjuno

17 Juli 2023 Pukul 15.20 saya dan rombongan tiba di pos 1 Ontobugo. Kegiranganlah saya, setelah beberapa hari berada pada rimba ...