Hingga saat ini Indonesia masih menduduki puncak negara berkembang, mengapa demikian? Indonesia tidak kurang sumber daya alam, Negara penjajah zaman dahulu hingga sekarang secara tidak langsung masih menginginkan kekayaan alam Indonesia, jika terus-menerus tidak ada perkembangan, akan sangat memilukan. Indonesia tidak butuh negara lain, negara lain yang butuh Indonesia. Istilah itulah yang seharusnya terjadi. Akarnya adalah Sumber daya manusia Indonesia yang rendah. Literasi, literasi, dan literasi salah satu solusi.
Buku adalah jendela dunia, jika buku tersebut dibaca, dipahami, dan diterapkan, namun berbeda jika buku itu dijadikan bantal karena ketebalannya. Indonesia berhasil mencetak prestasi yang mengenaskan, yaitu urutan kedua negara terendah minat membacanya, hanya 0,001% minat baca masyarakat Indonesia hasil dari survei UNESCO.
Tanggal 8 September menjadi hari Aksara Nasional, yang artinya hari literasi, membaca, menulis, numerasi, dan diharapkan meningkatkan ketrampilan individu. Tetapi mengapa minat literasi masyarakat Indonesia masih rendah? Sadarkah orang tua zaman modern ini, Ilmu parenting yang diberikan untuk mendidik anak mengalami kekeliruan, meskipun tidak sepenuhnya. Pola mengasuh, mendidik dan mengajari anak hingga tumbuh seringkali menjadi boomerang bagi kemajuan bangsa. Smartphone menjadi sebuah momok, bayi hingga anak-anak dapat dijumpai sudah dikenalkan Smartphone dengan dalih "agar tidak menangis, agar bisa diam tidak menganggu pekerjaan orang tua" Jika orangtua belum sanggup mendidik dan mengajari anak agar tumbuh dan berkembang yang seharusnya, perlunya kesadaran para orangtua dalam Ilmu Parenting. Mengajak anak bermain dan mengasah pola pikir literasi secara perlahan akan membentuk mindset individu yang lebih memilah sesuatu dengan baik.
Apakah istilah Childfree akan menjamur masuk di Indonesia beberapa tahun kedepan? Childfree dapat didefinisikan jika pasangan suami istri sepakat untuk tidak memiliki anak. Pola pikir masyarakat modern akan merambah demikian, berbeda pula dengan masyarakat kolot, jika mempunyai banyak anak, maka banyak pula rezeki, dalam tanda kutip "jika orang tuanya rajin bekerja." Dalam perspektif tersebut dapat dikaji pada gerakan Feminisme yang dimana perempuan ingin merdeka, kesetaraan gender digalakkan bahwa perempuan tidak hanya pada dapur, sumur, kasur. Istilah kuno tersebut tidak relevan pada zaman modern, bahwa perempuan juga berhak mendapatkan hak-haknya. Perempuan berhak tidak hamil, melahirkan, dan mempertaruhkan nyawanya. Meskipun Childfree tabu bagi masyarakat Indonesia, mengganggap anak sebagai pelengkap dan generasi keluarga, setidaknya perlu kesadaran orangtua untuk mendidik dan mengajari anak dengan baik dan benar, sehingga tumbuhlah individu yang cerdas.
Pojok literasi adalah program sekolah sebagai upaya meningkatkan minat membaca siswa dan siswinya. Melalui pengalaman penulis, pada bangku SMP dan SMA literasi mulai digalakkan, pada setiap pojok ruang kelas, terdapat buku-buku bacaan dan wajib dibaca serta diberikan review atau resensi setiap minggunya, meskipun pada era sekarang banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan literasi di Indonesia seperti pada postingan instagram @tereliyewriter seringkali memberikan diskon besar-besar untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia, tidak hanya itu penulis-penulis lainnya juga demikian. Tetapi muncullah masalah baru yaitu buku bajakan, buku bajakan menjadi boomerang penulis buku, penulis buku bekerja, berfikir sehingga menghasilkan buku, dengan mudahnya dibajak oleh oknum. Buku bajakan tidak memerlukan banyak modal, sedangkan penulis buku memaparkan pikiran, serta penunjang biaya royalti, biaya produksi, pajak yang membuat harga buku original lebih mahal daripada buku bajakan. Jika faktor utama adalah uang, sehingga membeli buku bajakan, solusinya bisa meminjam buku di perpustakaan sekolah, meminjam ke teman(ingat harus dirawat dan dijaga), dan era globalisasi telah meluncurkan aplikasi online Perpustakaan Indonesia (IPUSNAS), bisa dengan mudah membaca dengan mengandalkan teknologi, tidak ada alasan kembali untuk memanfaatkan Smartphone hanya untuk game online ataupun scroll saja. Jangan hanya teknologi yang pintar, pengguna-nya harus lebih pintar.
Mari literasi, tidak hanya sekedar baca buku, tetapi dituangkan hasil pola pikir yang didapatkan setelah membaca buku, menjadi sebuah tulisan maupun argumentasi yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Hal-hal kecil tersebut dapat meningkatkan, mengembangkan sumber daya manusia yang banyak kurangnya agar lebih seimbang, serta membuat Indonesia menjadi negara maju dalam berbagai hal. Bom waktu akan terus berjalan, jika tidak adanya kemauan untuk berubah. meskipun sedikit sangat berarti.
Salam literasi.