Jumat, 09 September 2022

Jangan menua tanpa cerita


 Minggu 15 Agst 21

Mata terbuka, setelah menikmati tidur malam yang sunyi, meskipun tidak nikmat tidur malam tadi, badan rasanya cape, bukan malah semakin membaik, seolah-olah aku kembali berputar diwaktu yang sama, namun gimana lagi? Hidup terus berjalan, waktu terus berputar. Kubergegas bangun dari ranjang yang membosankan menuju kamar mandi untuk menyegarkan badan sekaligus melaksanakan shalat subuh. 

Mentari mulai menampakkan sinarnya, eh ini hari minggu tidak terasa sekarang minggu besok menuju Senin yang menyebalkan dengan banyaknya tugas tugas, meskipun bergitu ya ku tetap kerjakan mengingat biaya sekolah yang sangat mahal, huhhhh.

Bersiap diri untuk hari minggu, masa' aku cuma rebahan saja? Mentari bersinar dibalik jendelaku seolah-olah memanggilku untuk keluar, rasa malas pudar sehabis mandi tadi, ahahahahah segar sekali hari ini, kupakai pakaian dilengkapi jaket dan sepatu yang dibeli, meskipun jarang memakainya, karena terlalu nyaman dirumah. Aneh, membosankan tapi betah dirumah, kenapa? Karena aku tidak punya uang hahahaha. 

Mengayuh sepeda menyusuri jalanan kota yang ramai dengan komunitas pesepada lainnya. Aku sempat binggung mau kemana, mengingat kemarin malam aku melamun ingin bersepeda menuju tempat yang sering ku kunjungi dahulu, yang disana banyak sekali pohon pepohonan yang rindang, udara masih sejuk tidak ada kepedihan yang terjadi di kota. Namun daerah tersebut cukup jauh untuk aku yang bersepeda ini dan tubuh yang kurang berolahraga. Tak terasa aku mengayuh sepeda cukup jauh, ah sekalian saja, biarkan tubuh ini memuaskan rasa ini yang pedih akan kehidupan.

Ha nafasku terengah-engah, capeknya diriku ini, memaksakan mengayuh terlalu jauh mana tidak membawa minuman sama sekali, bermodal nafsu yang membara untuk menggapai suatu yang tak pasti. Kulihat didepan terdapat bapak-bapak yang cukup tua, kuhampiri beliau sambil beristirahat sejenak. Tak terasa aku mengobrol bersama beliau sambil disodorkan minuman yang diberikannya dan akhirnya mengikuti beliau mengayuh sepeda ketempat tujuan yang aku obrolkan dengan beliau tadi. Oh ya beliau dengan umur 60 tahun masih kuat mengayuh sepeda yang kontur jalanan menanjak, aku kagum dengan beliau mengingat jarak rumahnya lebih jauh dari rumahku. 

Mengayuh sepeda beberapa meter, beristirahat sejenak untuk mengatur nafas karena jalanan yang terus menanjak, namun kusenang sekali karena pemandangan kiri kanan yang takjub bentang gunung berjejer dan bukit bukit yang asri serta udara yang menyegarkan ingin ku rasakan setiap, aku lebih suka hidup dialam, karena alam tidak menyakitkan, alam memberikan ku kebahagiaan apalagi ditemani dia, semoga dia bisa menemaniku Ya.

 Aku lebih senang berteman dengan orang tua, karena beliaulah aku bisa memetik makna kehidupan daripada teman sebayaku yang suka berbicara dibelakang, didalam circle pertemanan masih ada circle pertemanan lainnya, hufft.

Berteman dengan orang yang lebih tua, aku bisa saling bercerita, dan beliau-beliaulah yang mempunyai banyak pengalaman untuk aku yang semu ini. Jangan menua tanpa cerita, carilah kebahagiaanmu, carilah apa yang kau inginkan, tapi ingat tetap berada dijalan yang benar untuk menggapai masa depan bahagia bersama dia. Meskipun saat ini aku masih bermalas-malasan sih ahahahahah.

Tak terasa jalan menanjak telah dilewati bersama beliau, tibalah disebuah tempat yang menurutku takjub, tempat toleransi yang dimana masjid berbentuk seperti klenteng yang megah dan warna yang memanjakan mata. Beristirahat sambil minum dan mengabadikan momen dengan handphone yang kumiliki bersama beliau sambil memakan jeruk yang diberikan tadi bersama untuk meredakan rasa penat mengayuh berpuluh kilometer.

Sekarang ku berada disebuah tempat yang seharusnya ramai akan pengunjung, namun pagi ini sepi hanya beberapa warung yang buka dan pengunjung yang sangat sedikit, kupesan makan dan minum bersama,sambil menikmati segarnya tempat ini sangat sangat kurindukan dan mengingat dia yang ku harapkan kembali, banyak hal yang kulalui dengannya, bertemu tanpa sengaja di sebuah koridor ruang sempit dipinggiran kota, ku mengenalnya begitu takjub, aku mengaguminya namun belum bisa memilikinya. Garis waktu kian berlalu kini aku mengingat dia yang seakan-akan asing, seolah tak saling mengenal, walaupun sesekali berpapasan dan saling menundukkan kepala.

Setelah beristirahat melepaskan segala rasa penat pada pikiran hati dan jiwa raga aku bergegas mengayuh sepeda menuju jalan pulang bersama beliau yang sangat baik sekali telah mentraktir aku dari awal pergi hingga pulang, tak lupa aku ucapkan terimakasih dan semoga Tuhan memberikan hal baik.

Jalanan yang semula menanjak kini berganti menurun, aku lega karena tidak terlalu menghabiskan tenaga, sepeda yang kupakai seolah-olah melesat cepat mengikuti alur jalanan, aku menikmati setiap detik berharga dan pertama kali ini, meskipun panas terik matahari tepat diatas kepalaku semangat jiwa  semakin berkobar, melihat beliau yang tua namun masih kuat mengayuh sepeda, apakah aku kalah dengan beliau yang sudah berumur dan tetap ingin hidup dengan riang gembira seolah tak ada kepedihan yang menghampiri.

Tibalah dipersimpangan jalan, tempat berpisah aku dengan beliau orang baik, lagi-lagi aku berpisah dengan orang yang sangat aku kagumi, lagi-lagi aku kembali ke waktu yang sama, lagi-lagi aku ingin putus asa akan kehidupan ini. Berpisah dengan banyak orang terdekatku yang baik tanpa memandang apapun itu.

Salam literasi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pawon: Peparing Mawon Acara Memperingati Satu Suro Di kaki Gunung Arjuno

17 Juli 2023 Pukul 15.20 saya dan rombongan tiba di pos 1 Ontobugo. Kegiranganlah saya, setelah beberapa hari berada pada rimba ...